Translate

07 January, 2014

KEKECEWAAN RAKYAT BERUJUNG GOLPUT

Masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan wakilnya Jussuf Kalla akan segera berakhir. Namun, target untuk mengurangi kemiskinan hingga pada titik 8,2 persen, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) SBY-JK, sangat jauh drai harapan. Karena,hingga saat ini angka kemiskinan di Indonesia masih berkisar pada angka 14,87 persen. Hal ini diakibatkan oleh pengaruh krisis global yang melanda dunia serta kegagalan pemerintah dalam penerapan tiga strategi yang digunakan pemerintah untuk mengatasi kemiskinan, yaitu Bantuan Langsung Tunai (BLT), Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), yang kenyataannya kurang efektif mengurangi kemiskinan. Bahklan, kemiskinan di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

Ditengah kondisi masyarakat yang semakin terjerat kemiskinan, beberapa elite politik malah merasa diuntungkan. Biasanya,elite politik yang merasa diuntungkan berasal dari partai-partai non incumbent yang hendak memburu kursi kekuasaan menjelang pemilu yang akan dilaksanakan pada pertengahan tahun 2009 ini.Ada dua keuntungan yang didapat oleh para elite politik kondisi seperti ini, yakni, pertama, para caleg dan capres dari partai non incumbent memiliki sasaran tembak untuk menjatuhkan para caleg dan capres dari partai incumbent tentang kegagalan sosial ekonominya. Kedua, dengan jumlah penduduk miskin banyak,tingkat pendidikan rendah, angka buta aksara inggi, institusi sosial politik lemah, demokrasi gampang dimanipulasi oleh elite-elite politik oportunis dan pemimpin despotik yang menwarkan janji-janji populis agar bisa terpilih sebagai wakil rakyat di parlemen atau pejabat pemerintahan ( . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . ..)

Seperti tahun-tahun sebelumnya, rakyat cenderung bersimpati dan memilih para caleg atau capres maupun partai yang memberikan janji-janji tentang perubahan dan kondisi yang lebih baik. Tetapi,setelah mereka terpilih dan menjadi wakil rakyat yang memimpin negara ini, janji-janji yang mereka ucapkan seolah-olah dilupakan dan tidak dipenuhi.Para penguasa, memanfaatkan kedudukannya untuk memperkaya diri sendiri. Bahkan, cara-cara yang tidak baikpun mereka tempuh, seperti Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Misalnya saja, banyak kasus suap dilingkungan DPR,Lembaga Peradilan dan korupsi yangterjadi di Pemerintah Pusat dan Daerah.

Hal-hal tersebut menyebabkan rakyat merasa kecewa terhadap pemimpin yang telah mereka pilih sebelumnya dan akhirnya tidak menghiraukan lagi proses demokrasi yang berlangsung.Itu ditunjukkan dengan tidak menentukan pilihan pada saat pemilu (golput). Rakyat cenderung merasa kecewa karena mereka menganggap hak pilih yang mereka berikan tidak berguna bagi perubahan nasib yang mereka harapkan. Kekecewaan itu dapat kita lihat dari meningkatnya angka golput dari tahun ke tahun.Ini menandakan bahwa rakyat tidak percaya lagi dengan pemerintahan saat ini. Adapun penyebab adanya golput menurut Eep Saefulloh Fatah yaitu, pertama, golput teknis adalah golput yang terjadi akibat sebab-sebab teknis tertentu atau mereka yang keliru mencoblos ataupun mencontreng sehingga suaranya tidak sah. Kedua, golput teknis-politis, seperti mereka yang tidak terdaftar sebagai pemilih karena kesalahan lembaga statistik maupun penyelenggara pemilu. Ketiga, golput politis yakni mereka yang merasa tak punya pilihan dari kandidat yang tersedia atau tak percaya bahwa pemilu akan membawa perubahan dan perbaikan. Keempat, golput ideologis yakni mereka yang tidak percaya pada demokrasi (liberal) dan tidak mau terlibat di dalamnya entah karena alasan fundamentalisme agama atau alasan politik ideologi lain.

Jika dipandang dari perspektif demokrasi, golput sebenarnya sah-sah saja karena memilih adalah suatu hak bagi setiap warga negara dan mereka juga berhak untuk tidak menentukan pilihannya. Akan tetapi,bangsa ini tidak menginginkan golput karena sebenarnya golput tidak memberi keuntungan bagi kemajuan bangsa dan justru menimbulkan kepemimpinan yang ragu-ragu.

Maka dari itu, hendaknya semua warga Indonesia menyukseskan pemilu dengan memilih calon pemimpin yang terbaik demi kemajuan bangsa. Terlepas dari itu, pemimpin yang sudah terpilih, nantinya tidak boleh mengecewakan serta sepenuh hati mengayomi masyarakat, bersih dari KKN dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

No comments:

Post a Comment