Salah
Nalar
1. Pengertian Salah Nalar
(Fallacy)
Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil
keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan.
Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena
dorongan emosi. Pada salah nalar kita tidak mengikuti tata cara pemikiran dengan
tepat. Telaah atas kesalahan itu membantu kita menemukan logika yang tidak
masuk akal dalam tulisan.
Contoh
salah nalar :
Emilia, seorang alumni STIE Serelo Lahat, dapat menyelesaikan tugasnya
dengan baik. Oleh sebab itu, Halimah seorang alumni STIE Serelo Lahat, tentu dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Salah nalar ada dua macam
1. Salah nalar
induktif, berupa :
- · kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas,
- · kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat,
- · kesalahan analogi.
2. Kesalahan deduktif
dapat disebabkan :
- · kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi,
- · kesalahan karena adanya term keempat,
- · kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi, dan
- · kesalahan karena adanya 2 premis negatif. Fakta atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar.
2. Jenis-jenis Salah
Nalar
- Deduksi yang salah
- Generalisasi yang terlalu luas
- Pemikiran ‘atau ini, atau itu’
- Salah nilai atas penyebaban
- Analogi yang salah
- Penyimpangan masalah
- Pembenaran masalah lewat pokok sampingan
- Argumentasi ad hominem
- Imbauan pada keahlian yang disangsikan
- Non Sequitur
Salah satu penyampaian komunikasi adalah
berita, baik itu dari media elektronik, ataupun dari media massa. Penyampaian berita yang dsampaikan sering sekali terjadi
kesalahan dalam berpikir, sehingga dapat mengakibatkan kesalahan dalam penalaran/nalar bagi
penerima berita.Kekurang cermatan seseorang atau jurnalis dalam melihat hubungan logis antara
satu fakta dengan fakta lain dalam konteks hubungan sebab-akibat, dan kekurangcermatan itu kemudian
dituangkan dalam teks berita, bisa menyesatkan “logika” pembaca atau pemirsa. Ketika pembaca
atau pemirsa menganggap teks yang dihasilkan jurnalis itu sebagai sebuah kebenaran,
maka kesesatan logika pun jadi dianggap benar.
Fakta berupa pernyataan yang mengandung salah nalar atau sesat logika
memang bisa saja berasal dari narasumber. Bisa saja narasumber sengaja untuk
kepentingan tertentu, atau tak sengaja karena sebab tertentu. Namun, bukan berarti jurnalis bisa
begitu saja meloloskannya menjadi fakta dalam teks berita. Bahkan, pada tahap awal, jurnalis
seharusnya langsung mempersoalkan pernyataan yang salah nalar itu kepada narasumber. Sebagai contoh pernyataan salah nalar muncul di dua media cetak,
Kedaulatan
Rakyat(24/3/09, hal 24) dan Koran Tempo (25/3/09, hal B3) :
· Pada Kedaulatan Rakyat, salah nalar muncul di alinea ke-5 berita
berjudul Golput Rugikan Proses Demokrasi. Berita ini memuat pernyataan dua pimpinan partai
politik tentang golput pada saat keduanya kampanye, yaitu Yusril Ihza Mahendra (Ketua Majelis
Syuro Partai Kebangkitan Bangsa) dan MS Kaban (Ketua Umum Partai Bulan Bintang).
Alinea ke-5 berita tersebut, yang hanya terdiri atas tiga kalimat (dua
kalimat tak langsung dan satu kalimat langsung berupa kutipan), memuat pernyataan MS Kaban
tentang golput. Alinea selanjutnya berisi topik lain yaitu tentang panwaslu. Alinea ke-5
ditulis demikian: Hal senada diungkapkan Ketua Umum PBB, MS Kaban. Menurut Kaban, golput merupakan
tindakan orang yang tidak bertanggungjawab. “Sebab kita saat ini sedang
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ujarnya.
· Pada Koran Tempo salah nalar muncul pada berita tentang kelangkaan
pupuk. Persoalan salah nalar mulai di judul hingga di tubuh berita. Judul berita suratkabar
ini demikian:Pupuk Langk karena Petani Belum Ikut Kelompok Tani. Pada lead (memimpin), salah nalar di judul dipertegas. Kepala Dinas
Pertanian Provinsi Jawa Tengah Aris Budiono menyatakan kelangkaan atau kesulitan petani dalam
memperoleh pupuk pada musim tanam kedua tahun ini disebabkan masih banyak petani yang
belum masuk kelompok tani.
4. Konsep dan simbol
dalam penalaran
Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak, untuk
mewujudkannya diperlukan simbol.
Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga
wujud penalaran
akan akan berupa argumen. Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak
dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan
adalah kalimat
(kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen.
Argumenlah
yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis. Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling
berkait. Tidak ada ada
proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi.
Bersama – sama dengan
terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari
proposisi akan
digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk
menalar dibutuhkan
proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
5. Kesimpulan & Saran
Jadi, maksud dari penalaran adalah untuk menemukan kebenaran. Dan
kebenaran dapat
dicapai
jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi :
· Suatu
penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu
yang
memang
benar atau sesuatu yang memang salah.
· Dalam
penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua
premis harus
benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun
material. Formal
berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan
berpikir yang tepat
sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat. Untuk itu
dalam berkomunikasi kita hendaklah menggunakan kata-kata atau kalimat yang mudah di
mengerti oleh orang lain, sehingga tidak mengalami kesalahan nalar dalam berkomunikasi.
Saran
Komunikasi
yang baik haruslah didukung dengan kecermatan dalam mengolah kata-kata atau kalimat,
dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar maka kesalahan dalam penyampaian
informasi atau berita dapat terminimalisasikan kesalahan nalar bagi pembaca
atau penerima
berita.
No comments:
Post a Comment