prasetyo202.blogspot.com |
Alkisah, suatu waktu terjadi komunikasi antara awan dengan angin.
Ini terjadi karena si Angin melihat si Awan yang kerjanya hanya
berjalan kesana kemari seolah tanpa tujuan dan tidak memiliki kekuatan
yang memadai, karena hal tersebut timbul sifat iseng si Angin untuk
berusaha mengerjainya. “Hai Awan, mari kita tunjukkan siapa yang paling
kuat diantara kita !” tantang si Angin kepada Awan. Sang Awan dengan
kalem menjawab, “Baik, apa yang akan kau jadikan tantangan ?”. Si Angin
menjawab dengan pongah, “Kamu lihat seseorang dengan baju merah muda
dibawah itu, bagaimana jika kita adu kekuatan sehingga orang tersebut
menanggalkan pakaiannya”. “Siapa yang dapat membuat orang tersebut
menanggalkan pakaiannya, maka dialah pemenangnya,” tambah si Angin lagi.
“Baik, aku terima tantanganmu” kata Awan.
Memang, tepat di saat itu terdapat seseorang pria yang sedang
berjalan. Orang tersebut berpakaian (tentunya). Dan dia tidak menyadari
apa yang akan terjadi, dan dirinya menjadi barang pertaruhan.
“Aku duluan !” kata Angin. “Silahkan” kata Awan. Kemudian si Angin
mempersiapkan diri untuk segera beraksi. Sesaat kemudian dia meniupkan
angin. Mula-mulai sepoi-sepoi kemudian mulai kencang, semakin kencang
dan semakin kencang. Sekencang-kencangnya angin meniup, yang ditujukan
kepada orang di bawah tadi. Apa yang terjadi dengan pakaian orang
tersebut apakah tanggal ?
Begini ceritanya, ketika sang Angin meniupnya dengan pelan dia merasa
enak karena di siang terik ini ada angin yang sepoi, namun ketika
semakin kencang angin bertiup, reaksi orang tersebut adalah menahan
pakaiannya agar tidak terbawa oleh angin. Semakin kencang angin yang
bertiup, semakin kencang pula orang tersebut mempertahankan pakaiannya
agat tidak lepas. Hingga beberapa saat lamanya hal ini terjadi,
terengah-engah si Angin meniup, namun baju orang tersebut tidak lepas
juga.
“Kini giliranku,” kata si Awan. Kemudian dia beraksi, dengan pelan
dia menyingkir, memberikan kesempatan kepada matahari untuk bersinar
terik tepat mengenai orang tadi dan lingkungan sekelilingnya. Setelah
beberapa saat, orang tersebut merasa gerah karena sinar matahari sangat
menyengat kulitnya, gerah itu ditambah lagi dengan baju yang masih
dipakainya. Maka setelah beberapa saat ia membuka bajunya untuk
mengurangi rasa panas yang diakibatkan oleh terik sinar matahari yang
tidak terlindungi oleh awan.
“Bagaimana ?” tanya Awan kepada Angin. Namun Awan tidak mendengar
jawaban dari Angin, ternyata si Angin telah pergi dengan membawa rasa
malu akibat kepongahannya menyepelekan awan yang selama ini kadang
berpindah tempat dengan mengikuti tiupan angin darinya.
No comments:
Post a Comment